Guratan halus menyembul malu malu di kening nya, meleleh
keringat kabur pelan kemudian deras dari lubang kecil kulit nya, perempuan itu
tersenyum pahit, ia berlari ke ujung bukit tempat ia mencurahkan kesakitan diri
nya pada laut, dan langit yang masing masing memandang perempuan itu bingung
campur kasihan. Kasihan pada diri mereka sendiri karena tak mampu berbuat apa
apa selain memantulkan warna kebiruan dan kelabu..
Perempuan itu berniat menjatuhkan diri nya pada kebebasan,
menyerahkan raga nya pada ombak yang menghantam bukit batu, sekali kali ia
mundur, kemudian maju lagi, kemudian mundur lagi. Tapi ah.. hidup masih
panjang, masih banyak cerita yang mampu ia buat untuk hari esok nya, dia
menuliskan kisah nya pada selembar kertas..yang mana ide tersebut ia dapatkan
keesokan hari nya, ketika ia berniat untuk memeluk ombak lagi ketika ombak
tersebut merayu nya dari atas bukit..
“kamu mau mati?”
“tidak”
“Terus mengapa memandang aku begitu?”
“salah nya apa?”
“sudah mari kesini, ada banyak mutiara dan minyak di dasar
sini”
“oh, kamu gila. Sompret”
“kurang ajar!”
Ketika ombak menyumpahi perempuan kecil berumur 7 tahun itu,
ia mundur bebrapa langkah, bergidik membayangkan ombak yang marah, lautan nun
jauh disana memandang geram melihat betapa sombong nya ombak tersebut
menggertak perempuan itu.
Perempuan itu memakai baju kuning campur biru campur putih,
terduduk dan tersenyum ketika menemukan tempat yang nyaman buat menulis, ia
curahkan kisah nya pada sebuah kertas, kemudian ia lemparkan kertas itu ke
laut, terinsprasi dari novel karya dee, ia mengikut.
”Ampuun pak, saya tidak kemana mana, saya habis dari
sekolah”
“bohong!, kamu pasti berusaha mencuri makanan lagi kan”
“tidak, sumpah, saya tidak melakukan nya!”
“tapi laporan dari warga kamu berusaha mencuri makanan”
“emang nya saya apaan?”
“manusia. Kok nanya. Aneh”
“bapak yang aneh, marah marah, alibi nya gak jelas, sana
belajar lagi bahasa yang baik dan benar”
“ Bedebah!, tak ada sopan santun, aku ini bapak mu! Tak akan
aku kasih makan kau nanti"
“nanti aku mencuri lagi”
“nah ketahuan kau yang mencuri! Bertobatlah wahai bedebah
cilik”
Bapak itu tersenyum manis sambil mencambukan lidi satu biji
ke punggung anak itu, perempuan itu tertawa. Tapi sungguh bukan dia yang
mencuri nya. Omongan tak jelas setiap hari nya antara mereka berdua membuat ia
semakin yakin, bahwa di masa depan, ia akan menuliskan lembaran bahagia kisah
hidupnya.
Ibu nya muncul dari belakang pintu, keluar terburu buru
dengan menyiapkan makan malam, ia membantu sedikit, kemudian memeluk ibu nya,
setelah seluruh acara keluarga yang hangat tersebut berlalu, semua nya ditutup
dengan shalat isya.
Besok nya, ia tidak bersekolah, ia kabur ke bukit diatas,
tak terlalu sulit baginya, walaupun pincang dan wajah nya nyaris tak berbentuk,
ia tetap bersemangat menjalani hidup, walaupun sering kali tidak.
Ia tak pernah mengeluh kepada siapa siapa, kepada tanah air
nya yang tak pernah adil, kepada langit dan lautan yang bisu padahal ia pincang
selalu datang dan menyapa mereka, kepada orang tua nya yang selalu menanyakan
hal yang aneh, atau kepada teman nya yang selalu tak sanggup berbicara di depan
nya.
Berhari hari ia membuang ratusan kertas, berisi puisi,
berisi pengharapan nya, dan berisi apa saja, ketika Ia bosan, ia hanya melukis
gambar yang sama, yang kemudian dibuang dilaut atau hanya ditanam, hanya sampah
kertas, tak mengapa ia pikir, sering kali ia menceritakan kisah nya pada sang
pencipta segala nya di sepertiga malam, bermesraan, kemudian tertidur,
bersekolah, kemudian membawa pelajaran dan buku di atas bukit dan mencurahkan
isi kepala dan perasaan nya pada kertas, dan dibung.. beberapa warga melihat
nya seperti itu, menuduh ia gila, “gila pada sastra mungkin” pikirnya geli
ketika para warga menuduh yang bukan bukan, seperti ayah nya yang selalu
menuduh nya yang aneh aneh.
Ketika ia berjalan menuju bukit cadas itu, ia menemukan
botol plastic tergeletak minta diadopsi, ia pun mengadopsi botol bekas itu,
untuk dilempar dan ditelantarkan untuk tumbal ombak yang angkuh nan jahat.
“tolong!”
“untuk apa?”
“maksudnya?”
“maksudnya, apa guna nya aku menolong mu, hmm, tapi tak
apalah, sini aku bawa kamu ke atas”
Kikik kikik kecil botol bekas yang diboyong gadis kecil itu
menuju bukit, dipikir ia akan dijadikan pajangan, atau dibawa untuk dipakai
wadah minum ketika ia sekolah, tapi ekspektasi sering kali berubah menjadi
senjata kekecewaan..
Botol itu mematung memandang gadis itu menulis, ia diam, tak
banyak berbicara, botol itu berusaha meracaukan dengan suara aneh, perempuan
itu tidak bergeming, ia cuek, dan melanjutkan menulis. Digulungkan nya tulisan
itu kemudian dimasukan nya kertas itu pada botol yang manyun karena dicuekin.
Tersentak!, botol itu kegirangan karena gadis itu menanggapi nya, tapi sayang,
ia dipedulikan untuk dibuang..
“apa apaan ini?”
“diam aja deh..”
“aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa”
Botol itu menjerit, perempuan itu tertawa, selesai
dilemparkan botol itu, ia kembali kerumah, dan tak pernah naik keatas bukit, ia
sudah menemukan makna sesungguh nya, makna mengapa ia hidup..
***
Hari demi hari, bulan demi bulan, begitu pula tahun dan masa
berganti, ia semakin besar dan semakin dewasa, tapi kertas yang bersama botol
bekas itu sudah terlantar ke negeri sebrang, ditemukan oleh pemuda putus asa,
yang nyaris menajatuh kan badanya pada laut, bukan untuk misi penilitian
ataupun hiburan, tapi bermisikan meninggalkan dunia fana ini. Tapi ketika ia
berniat menjatuhkan diri nya, ia melihat botol menari menggoda menawan dengan
rok Hawaii bergoyang ke kiri dan ke kanan, ia berhenti terisak, melihat botol
itu, menunggu ketika botol itu mendekat, kemudian mengambil botol itu dengan
barang barang yang bisa untuk menagambil botol itu, berhasil, ia
mendapatkanbotol itu, dibuka nya kertas didalam botol itu, dibuka nya . dia tak
memahami tulisan itu. Tapi kan ini zaman modern. Dibuka nya mesin penerjemah,
kemudian ia memahami arti nya, ia mengurungkan diri nya untuk bunuh diri.
“aku adalah aku, ketika aku merasakan orang lain dalam hati
ku, disitulah aku merasa asing dengan diriku, ketika aku berusaha berubah demi
anggapan baik orang lain terhadap ku, aku asing, kemudian, orang yang
mengatakan begini dan begitu supaya aku berubah menjadi seideal nya, aku
dibenci oleh orang lain, yang menurut nya tak seideal dia, hingga akhir nya,
aku merasa bahwa aku sudah terlalu banyak menyenangkan hati orang lain, hingga
akhir nya aku merasa mereka berusaha menghisap nurani ku, hingga kini aku
menyadari bahwa, yang satu hal tak pernah aku sadari sejak dahulu, jika Allah
telah memberikan yang terbaik buat ku, telah memilihkan telah mendesain diriku
dengan sebaik baiknya, mengapa aku tak pernah bersyukur dengan diri ini,
mengapa? Aku selalu berusaha menyenangkan mereka yang sama sekali tak pernah
menyenangkan diriku. Hingga kini aku sadar, jutaan orang lain berusaha menyenangkan
hati atasan nya, berusaha menyenangi ketua geng nya, atau berusaha menyenangi
setan yang telah nyata menjeremuskan kedalam neraka, tapi mereka tak sadar,
bahwa… satu zat yang begitu mencintai nya, obat dari segala rasa sesak, sempit,
dan susah dalam jiwa, tetap menunggu dan sabar melihat mereka bersusah susah,
makan hati hanya untuk menyenangkan orang lain (yang tak pernah PEDULI dengan
nya ketika sulit), dan tak pernah bersyukur.. bukan tak salah membuat orang
lain senang, tapi. Jika itu sampai merubah kepribadian kita yang baik budi
menjadi liar untuk menjadi manekin seideal mereka.. percayalah.. kau akan hidup
dalam kesusahan, bagaikan hikayat antara bapak, anak, dan keledai”
Lelaki itu tersenyum, merasa tersentak akan tulisan sesorang
dinegara antah berantah tersebut, disimpan nya surat dan botol itu, botol itu
bahagia, ia dipungut oleh orang asing, yang jauh lebih kece daripada perempuan
jelek yang berani melempar nya ke lautan, dimakan gelombang, dihempas buih dan
ditelantarkan di samudra.. kemudian, botol itu tersenyum kepada pria tersebut
ketika pria tersebut tersenyum kepada nya..
Hari esok nya, lelaki tersebut melanjutkan dunia nya, ia
sudah keluar dari tekanan yang merenggut batin nya, ia berusaha mencari siapa
itu Allah, dan Tuhan, ia mendapatkan siapa pemilik nama itu, tapi Ia masih
enggan untuk bersua..hidayah belum dijemput nya..
***
Perempuan itu telah memiliki kaki palsu, usaha orang tua
mereka melaju pesat , dan mampu memberikan gadis itu secercah kebahagiaan,
dipeluknya kaki palsu itu, dan dipeluk nya orang tua nya, dia merasa sangat
diberkahi, bintang pun tersenyum pada nya, saling berbisik memuji kemaha baik
an Allah, Tuhan semesta alam..
Tahun pun berlalu, gadis itu berjuang mati matian, agar
menemukan apa yang diharapkan di masa muda nya, orang tua nya merestui
kepergian putri nya untuk menuntut ilmu di daerah jauh sana..
****
Tahun pertama ia lalui dengan semangat, seluruh nilai A gemuk berhasil ia raih dengan
gemilang, tahun akhir di sekolah tinggi tersebut ia akhiri dengan kebahagiaan,
lulusan terbaik, bukan angan lagi untuk nya, orang tua nya pun menyambut suka
cita atas keberhasilan putrinya.
Tapi.. kegemilangan yang diraih nya tidak berbanding lurus
dengan kehidupan nya, entah mengapa, dia masih sendiri, tetapi, tidak semua
orang menjauhi nya, beberapa orang malah menjadi sahabat nya, ketika ia sangat
jatuh dan tak kuat untuk bergerak, sahabat nya lah yang memotivasi ia menuju
kebangkitan..
Masih saja tak satupun perusahaan yang menerima ia sebagai
pegawai, ia juga mulai membuka usaha,
tapi selalu saja kesialan menimpa nya, apakah itu karena kebakaran, ditipu atau
apalah itu, ia pun kembali ke kampung halaman nya, orang tua nya bahagia,
tetapi tetap saja banyak sampah mengapung di negeri ini, puluhan mulut kampung
menyoraki nya, karena lulusan terbaik luntang lantung ketika kembali ke kampung
“kamu, udah kaya ya?”
“belum, masih berusaha buk”?
“gak kawin?”
“belum ada jodoh bu, carikan lah, hehehe”
“hehheeh, kasihan banget, masa sih gak ada laki laki disana,
dan tempat kerja bagus disana”
“ada buk”
“tapi kenapa kesini??”
“ibu gak suka ya, ke dua orang tua saya aja malah bahagia
banget saya pulang”
“bukan gak suka, tapi sayang aja, sekolah mahal mahal malah
kerja kayak gini”
Percakapan ditutup dengan dua hati berbeda, satu puas karena
berhasil menghina sesorang, satu nya hancur lebur, karena di siksa dengan
pedang tak bertulang..
“dari mana aja?”
“tadi habis keluar ,bu..”
“kamu kelihatan sedih?”
“tidak…”
“bohong kamu, tadi ibu lihat kamu berubah sedih ketika
barusan ngomong sama ibu itu”
“hmmm”
“jangan dipikirkan.. hidup adalah perjuangan, perjuangan
membuldoser mulut mereka sampai rata, mencincang lidah mereka jadi sate, dan
perjuangan itu butuh waktu dan kesabaran, tenang saja”
“hahahahahhahahaha, terimakasih bu”
“ibu sudah kebal dengan mereka, dunia kahe, gila, kamu
jangan pikirin lagi, sanah siap siap,besok mau bantuin ibu kan”
“iya ibu.. I love you momeehhh”
“I love you too anak gueeeh”
Mereka pun tertawa bersama…
***
Siang bersinar tidak terlalu terik, panas nya hawa udara
tropis dilindungi oleh sejuk nya angin dan ditamengi oleh awan tebal dan halus,
gadis itu semakin tumbuh besar, sudah dewasa rupanya, sangat menggairahkan,
wajah nya dulu yang ia pernah malu karena nya berubah menjadi aura bahagia dan
kecantikan memancar karena kekayaan, suami nya, seorang expat yang usianya jauh
13 tahun diatas nya.. orang tua gadis itu telah meninggal dalam kedamaian,
bahkan sebelum meninggal pun orang tua gadis itu telah berangkat haji sebanyak
5 kali, dan 10 kali umroh.
“kau tau istri ku?”
“apa itu ?”
“tau kah kamu, jika aku bukan lah seperti ini, kau tau istri
ku, tadi malam aku melihat lelaki tampan berdiri disebelah jendela kamar kita,
yang kau anggap itu hanya ilusi, tapi aku sungguh nyata melihat nya selama 3
hari berturut turut”
“anda membuat saya takut , suami ku”
“dulu, ketika aku masih sangat muda, ketika seluruh asa dan
harapan ada digenggaman tangan ku, ketika seluruh dunia aku habisi karena
ambisi ku, dan pada sedetik kemudian, aku menjadi putus asa, tiba tiba”
“jangan bercanda”
“aku mau mati”
“aku juga mau mati jika kau berkata seperti itu lagi”
“aku titipkan seluruh kejayaan kita, dan anak anak kita”
“sudah seharusnya istri seperti itu”
“baiklah, kumohon, lepaskan diri ku dengan keridhoan, tapi
ada satu hal yang ingin wariskan kepada mu, sangat ingin ku wariskan, pergilah
kau ke bank ini, tolong, simpan pusaka ini baik baik, aku sangat mencintai mu
karena Allah”
“ha ha ha, segera tidur, jangan menghayal”
Perempuan itu segera tertidur begitu pula dengan lelaki yang
merupakan suami nya, perempuanitu menganggap jika suami nya terkena waham
kematian, obrolan aneh memang sudah biasa bagi perempuan itu..
Hingga akhirnya perempuan itu menyadari jika percakapan yang
dianggap nya konyol berubah menjadi nyata, suami nya tidak berbohong, ia menangis,
ketika seluruh upacara pemakaman selesai, perempuan itu bergeliat cepat menuju
bank yang ditunjuk suaminya..
Seketika ia melihat benda usang yang jelek, pertemuan
panjang antara perempuan berumur 57 tahun itu dengan benda itu berlangsung
haru, benda itu mengingat gadis itu, kemudian, benda itu memeluk perempuan itu,
dan perempuan itu pun terduduk lemas tersenyum lemah kepada botol dan kertas
yang ia tulis 49 tahun yang lalu..
***
Semua terjadi untuk sebuah alas an..
LOVE
DINDA V.M